Penyakit Akalasia

Akalasia adalah sebuah kondisi atau gangguan pada kerongkongan ( esofagus ) di mana ia kehilangan kemampuan untuk memindahkan atau mengantarkan makanan dengan baik dan benar. Katup di ujung tenggorokan juga gagal untuk membuka dan memungkinkan makanan untuk masuk ke dalam perut Anda .

Dalam kerongkongan (esofagus) terdapat otot dan saraf yang dapat menggerakkan makanan dengan baik dan benar sehingga makanan dapat beralan menuju lambung . Ketika Akalasia terjadi,  otot-otot dan saraf esofagus yang tadinya dapat berelaksasi serta berkontraksi sehingga menghasilkan gerakan prestaltik, hal ini tidak dapat berjalan dengan normal. Selain itu , sfingter tidak bersantai dengan benar sehingga makanan tidak dapat berjalan ke dalam perut dengan mudah . Hal ini membuat sulit  untuk menelan makanan dengan benar .

Bagian utama dari kerongkongan akan menjadi membesar dan melebar ( dilatasi ) seiring bertambahnya waktu.

Orang yang mengalami akalasia akan ditandai dengan beberapa gejala. Gejala geala tersebut bisa saja terjadi setiap saat dalam kehidupan seseorang dan biasanya datang secara bertahap . Kebanyakan orang dengan akalasia akan mengalami disfagia , yaitu sebuah  kondisi dimana seseorang  merasa kesulitan dan kadang-kadang merasakan sakit ketika ia ingin menelan makanan . Kondisi ini cenderung lebih buruk selama beberapa tahun .

Orang yang mengalami Penyakit Akalasia juga dapat menyebabkan keluarnya makanan yang tidak tercerna tak lama setelah makan dan dapat menyebabkan seseorang mengalami muntah. Selain itu penderita juga akan mengalami penurunan berat badan yang terjadi secara bertahap akibat kekurangan gizi. Namun, pada sebagian kasus yang terjadi, akalasia tidak menimbulkan gejala dan hanya ditemukan ketika difoto dengan sinar-X pada dada atau investigasi lainnya dilakukan dalam mendiagnosa penyakit lainnya.

Ada beberapa hal yang berhubungan dengan terjadinya penyakit Akalasia. Akalasia dipengaruhi oleh kerusakan dan hilangnya saraf di dinding tenggorokan . Penyebab gangguan saraf tersebut sampai saat ini masih belum diketahui secara pasti , meskipun infeksi virus disebut sebut berpengaruh terhadap terjadinya gangguan tersebut.

Akalasia yang terjadi juga dapat dikaitkan dengan permasalahan autoimun dalam tubuh, di mana sistem kekebalan tubuh melakukan kesalahan dengan menyerang sel-sel normal , jaringan dan serta organ . Satu studi baru-baru ini menemukan orang dengan akalasia secara signifikan lebih mungkin untuk memiliki kondisi autoimun seperti Sjogren syndrome , lupus atau uveitis .

Selain kerusakan saraf dan permasalahan auto imun, hal itu disebut sebut juga dipengaruhi oleh faktor usia. Meskipun akalasia dapat terjadi pada semua usia , itu lebih sering terjadi pada orang dewasa setengah baya atau lebih tua .

Perawatan atau pengobatan untuk mengatasi penyakit akalasia ialah dengan menggunakan obat obatan medis, proses dilatasi, operasi serta Botulinum Toksin.

Obat obatan medis biasanya digunakan untuk merelaksasi sfingter di ujung bawah esofagus. Hal ini biasanya diberikan ketika akalasia pertamakali didiagnosa. Semantara itu dilatasi merupakan prosedur dimana sfingter dibuat menjadi lebih lebar.
Gejala penyebab dan cara mengtasi mengobati Penyakit Akalasia
esophagectomy (image:wikipedia.org)

Meskipun memberikan beberapa komplikasi, terkadang operasi perlu dilakukan. Tujuannya ialah untuk meringankan disfagia atau kesulitan menelan, operasi ini disbut esophagectomy. Sementra itu, Botulinum toksin merupakan pengobatan yang bertujuan untuk relaksasi otot, hal ini dapat disuntikkan tanpa rasa sakit ke bawah esofagus otot sphincter melalui endoskopi.