Hepatitis Toksik, Gejala Penyebab Dan Cara Pengobatan

Hepatitis adalah sebuah kondisi yang ditandai dengan peradangan hati. hepatitis toksik mengacu peradangan pada hati akibat obat atau paparan bahan kimia beracun. Peradangan terjadi karena respon oleh sistem kekebalan tubuh terhadap infeksi, iritasi, atau cedera yang sering menyebabkan pembengkakan dan kerusakan pada jaringan yang terkena.

Hati memiliki peran kunci dalam mendetoksifikasi zat-zat berbahaya yang masuk ke dalam tubuh kita saat kita makan, minum, menghirup atau tergosoknya racun pada kulit. Namun, hati tidak tidak dapat melakukan detoksifikasi beberapa racun tertentu, termasuk beberapa obat umum. hepatitis toksik adalah peradangan hati yang terjadi ketika hati Anda rusak oleh bahan kimia beracun, obat-obatan atau jamur beracun tertentu, termasuk namun tidak terbatas pada alkohol, obat-obatan, obat-obatan, suplemen, dan bahan kimia industri atau rumah tangga. Racun yang mempengaruhi hati yang disebut hepatotoxins.

Dalam beberapa kasus, hepatitis toksik berkembang dalam hitungan jam atau hari dari paparan racun. Dalam kasus lain, mungkin diperlukan waktu dalam hitungan bulan setelah hati terpapar racun. Seringkali, gejala yang jelas saat ekspos terhadap racun dapat diatasi. Tapi hepatitis toksik secara permanen bisa melukai hati, yang mengarah pada ireversibel sirosis hati  dan dalam beberapa kasus dapat menyebabkan gagal hati.

Gejala Terjadinya Hepatitis Toksik

Orang yang mengalami hepatitis toksik juga dapat mengalami beberapa gejala. Gejala hepatitis toksik antara lain adalah timbulnya penyakit kuning yang ditandai dengan perubahan warna mata dan kuli menjadi warna kuning. Selain itu orang yang menderita Hepatitis toksik juga dapat mengalami muan dan muntah. Gejala yang juga dapat terjadi adalah perubahan warna pada tinja yang lebih gelap dan berwarna coklat.  Penderita hepatitis toksik juga dapat mengalami penurunan  selera makan, nyeri pada bagian kanan atas perut, serta urin berwarna lebih gelap seperti warna teh serta mengalami gatal.

Penyebab Terjadinya Hepatitis Toksik

Salah satu fungsi hati adalah mendtoksifikasi atau menghilangkan racun dalam tubuh. Akan tetapi ada beberapa jenis zat yang menjadi racun bagi tubuh tidak dapat didetoksifikasi oleh hati. Adanya racun racun dimaksud dapat menyebabkan hati mengalami inflamasi atau peradangan. Beberapa zat yang menjadi racun dan menyebabkan peradangan di antaranya adalah obat medis tertentu seperti asetamenofen, beberapa jenis antik biotik, isoniazid, dan halotan. Selain jenis obat medis tersebut, peradangan pada hati juga dapat disebabkan oleh beberapa jenis obat herbal dan suplemen seperti komprei, kombinasi obat herbal tradisional cina, dosis vitamin A yang terlalu tinggi serta beberapa jenis makanan penurun berat badan.

Hepatitis toksik juga dapat terjadi karena paparan obat kimia seperti Alkohol, Polychlorinated, biphenyls, Chloroform, Fosfor, Dimethylformamide, dan Carbon tetrachloride.

Pengobatan Dan Perawatan Hepatitis Toksik

Pengobatan khusus untuk sebagian besar jenis hepatitis toksik belum ditemukan. Terkecuali terjadinya inflamasi tersebut karena terlalu banyak mengkonsumsi obat aseta menofen. Pemberian asetilsistein merupakan penawar yang efektif untuk penggunaan obat tersebut dan akan lebih efektif jika diberikan dalamwaktu 24 jam setelah overdosis. Semakin cepat obat diberikan, semakin baik hasilnya. Untuk sebagian besar kasus lain dari hepatitis toksik perwatan yang utama adalah menghentikan obat adalah satu-satunya pengobatan. Paparan racun biasanya tidak lagi terjadi ketika penderita berhenti menggunakan obat berbahaya tersebut, terutama jika masalah hepatitis hati lebih cepat diketahui.

Untuk kasus hepatitis toksik yang sudah parah, pasien biasanya dirawat dengan terapi suportif dirumah sakit, termasuk pemberian cairan infus dan obat-obatan untuk meredakan mual dan muntah. Selain itu pasien juga mungkin akan dirawat dengan Transplantasi Hati. terutama fungsi hati sangat terganggu, transplantasi hati mungkin satu-satunya pilihan bagi sebagian orang. Meskipun transplantasi hati sering berhasil, jumlah orang yang menunggu donor transplantasi jauh lebih banyak dari  jumlah organ yang didonorkan.